Pendakian gunung adalah aktivitas yang memadukan tantangan fisik, strategi, dan penghormatan terhadap alam. Namun, bagi pendaki pemula, minimnya pengalaman kerap menimbulkan kesalahan-kesalahan yang berdampak serius, baik terhadap keselamatan pribadi maupun kenyamanan tim. Mengenali kesalahan umum sejak awal adalah langkah penting untuk meminimalkan risiko di jalur pendakian.

Berikut lima kesalahan yang sering dilakukan pendaki pemula dan bagaimana cara menghindarinya.

1. Meremehkan Persiapan Fisik dan Mental

Salah satu kekeliruan terbesar adalah menganggap pendakian hanya soal jalan kaki menanjak. Faktanya, tubuh akan diuji selama berjam-jam, bahkan berhari-hari, dalam kondisi cuaca ekstrem, oksigen tipis, dan medan tidak bersahabat.

Pendaki pemula seringkali tidak melatih fisik secara rutin sebelum ekspedisi. Padahal, latihan kekuatan otot kaki, kardiovaskular, serta teknik pernapasan bisa menentukan kelangsungan perjalanan. Selain itu, pendakian juga membutuhkan kesiapan mental: ketahanan terhadap tekanan, rasa takut, dan rasa tidak nyaman.

Tips: Mulailah latihan fisik 4–6 minggu sebelum hari H. Lakukan hiking ringan, jogging, dan latihan beban sederhana. Latih juga mental dengan simulasi berkemah atau tidur di alam terbuka.

2. Membawa Perlengkapan Tidak Sesuai Kebutuhan

Packing berlebihan atau sebaliknya, terlalu minimalis, sama-sama bisa menyulitkan. Banyak pendaki baru membawa barang-barang yang tidak relevan (seperti pakaian ganti terlalu banyak), namun lupa membawa item penting seperti jas hujan ringan, P3K, atau headlamp cadangan.

Kesalahan lain adalah menggunakan perlengkapan yang belum pernah diuji. Sepatu baru yang langsung dipakai mendaki, misalnya, dapat menimbulkan lecet parah.

Tips: Gunakan prinsip “light but complete”. Uji semua perlengkapan sebelum berangkat, terutama sepatu, carrier, dan sleeping bag. Buat checklist logis, dan diskusikan dengan pendaki berpengalaman jika perlu.

3. Mengabaikan Kondisi Cuaca dan Informasi Jalur

Pendaki pemula sering terlalu bersemangat dan mengabaikan aspek penting seperti prakiraan cuaca, informasi terbaru tentang jalur, atau regulasi taman nasional setempat. Cuaca yang tidak bersahabat bisa membuat pendakian menjadi berbahaya, terutama di gunung tinggi seperti Carstensz atau pegunungan Papua lainnya.

Tips: Cek prakiraan cuaca dari sumber resmi 2–3 hari sebelum keberangkatan. Pantau perubahan cuaca melalui alat komunikasi tim. Pastikan juga Anda memahami medan, waktu tempuh, dan titik-titik darurat di sepanjang jalur pendakian.

4. Kurang Koordinasi dengan Tim

Pendakian adalah kegiatan kolektif. Banyak pendaki baru bersikap individualis: memaksakan tempo sendiri, tidak mengikuti instruksi leader, atau lalai saat briefing.

Kondisi seperti ini bisa memperlambat tim, menimbulkan konflik, hingga meningkatkan risiko tersesat. Dalam ekspedisi serius seperti ke Puncak Carstensz, kekompakan tim bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan.

Tips: Selalu hadir dalam briefing sebelum pendakian. Tanyakan hal-hal yang belum dipahami. Selama perjalanan, pastikan untuk menjaga ritme bersama dan terbuka pada komunikasi.

5. Meremehkan Adaptasi Ketinggian (AMS)

Altitude Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian adalah ancaman nyata dalam pendakian di atas 2.500 meter. Gejala seperti pusing, mual, dan kelelahan sering dianggap sepele, padahal jika dibiarkan bisa berkembang menjadi kondisi serius.

Pendaki pemula kerap tidak mengenali gejala awal atau memaksa melanjutkan pendakian meski tubuh sudah memberi sinyal bahaya.

Tips: Ketahui tanda-tanda AMS dan cara pencegahannya. Beristirahat cukup di basecamp sebelum summit. Minum air yang cukup, jangan langsung memaksakan diri menanjak terlalu cepat. Konsultasikan dengan guide jika muncul keluhan aneh pada tubuh.

Penutup

Pendakian adalah perjalanan belajar, dan kesalahan memang bagian dari proses. Namun, kesalahan yang bisa dicegah sebaiknya dihindari sejak awal. Mengenali lima poin di atas akan membuat pengalaman mendaki menjadi lebih aman, nyaman, dan bermakna.

Bagi Anda yang berencana menjajal puncak-puncak tinggi seperti Carstensz, persiapan matang dan kesadaran diri adalah kunci. Alam tidak bisa ditaklukkan, tetapi kita bisa belajar untuk berjalan berdampingan dengannya.