Papua Tengah – Di balik keindahan alam Papua yang memesona, tersembunyi kekayaan budaya yang luar biasa, salah satunya adalah makanan tradisional bernama papeda. Papeda, yang terbuat dari sagu, telah menjadi makanan pokok masyarakat di Papua dan Maluku selama ratusan tahun. Teksturnya yang lengket menyerupai lem dan cita rasanya yang tawar membuatnya unik dibandingkan makanan pokok lain di Indonesia.

Papeda biasanya disajikan dengan kangkung, kuah kuning dari ikan tongkol atau mubara yang dimasak dengan kunyit, serai, dan daun kemangi. Kombinasi antara papeda yang netral dengan kuah ikan yang kaya rempah menciptakan sensasi rasa yang khas dan menggugah selera.

Menurut Bapak Yonas Yikwa, tokoh adat di Sentani, papeda bukan sekadar makanan, melainkan simbol kebersamaan. “Ketika ada acara adat, pertemuan keluarga, atau syukuran kampung, papeda selalu hadir di tengah-tengah kami. Proses membuatnya pun dilakukan bersama-sama,” ujarnya saat ditemui di Festival Danau Sentani 2025.

Secara kesehatan, sagu yang menjadi bahan utama papeda memiliki indeks glikemik rendah dan bebas gluten. Kandungan seratnya tinggi dan baik untuk sistem pencernaan. Tak heran, masyarakat Papua yang mengonsumsi papeda secara rutin cenderung memiliki daya tahan tubuh yang kuat meski tinggal di daerah dengan akses terbatas terhadap fasilitas kesehatan modern.

Di tengah arus modernisasi dan masuknya makanan cepat saji, sejumlah komunitas dan pemerintah daerah terus berupaya melestarikan papeda. Salah satunya dengan menggelar lomba masak papeda dan memasukkan edukasi budaya lokal dalam kurikulum sekolah dasar.

Papeda adalah bukti bahwa makanan bukan hanya soal rasa, tapi juga warisan, identitas, dan ketahanan masyarakat lokal. Di atas piring papeda, tersaji cerita panjang tentang alam, budaya, dan kearifan hidup orang Papua. (AC)